Jumat, 24 Mei 2024

DZIKIRNYA SETAN

KENAPA BANYAK ORANG YANG BERDZIKIR TAPI MEMBUATNYA SEMAKIN DEKAT DENGAN SYAITHON? Seorang murid bertanya kepada GURU-nya yakni Imam al-Ghozali, "Syeikh, bukankah dzikir bisa membuat seseorang yang beriman lebih dekat dengan Alloh Ta’ala dan syaithon akan berlari jauh darinya?" "Benar," jawab Imam al-Ghozali. "Namun kenapa ada orang yang semakin rajin berdzikir, justru malah semakin dekat dengan syaithon?" Lanjut sang murid. Gurunya yang diberi gelar Hujjatul Islam ini pun bertutur, "Bagaimana pendapatmu, jika ada orang yang mengusir anjing, namun dia masih menyimpan tulang dan berbagai makanan kesukaan anjing di sekitarnya?" “Tentu, anjing itu akan kembali datang setelah diusir.” Jawab sang murid. Imam al-Ghozali menjelaskan, "Demikian juga dengan orang-orang yang rajin berdzikir tapi masih menyimpan berbagai PENYAKIT HATI dalam dirinya. Syaithon akan terus datang dan mendekat bahkan bersahabat dengannya." Penyakit - Penyakit Hati itu ialah: Kesombongan, Iri Hati, Dengki, Syirik, Bersikap / Berucap Kasar, Riya', Merasa Sholeh, Merasa Suci, Merasa Paling Benar, Ghibah, Marah, dan berbagai Penyakit Hati lainnya. Ketika Penyakit - Penyakit itu menghinggapi diri seorang hamba, maka syaithon akan senantiasa datang, mengakrabkan diri, kemudian menjadi sahabat karibnya. Inilah esensi dari dzikir yang kerap dilupakan oleh mayoritas kaum Muslimin. Mereka hanya fokus pada Dzikir Jahar dan Dzikir Sirr, namun tidak melakukan PEMBERSIHAN HATI.

AL KAUTSAR

Telaga dan sungai Al-Kautsar begitu nikmatnya, itulah salah satu kenikmatan di akhirat. Bagaimana kita selaku seorang muslim bisa menikmatinya? Ternyata memang ada orang yang terhalang untuk minum dari telaga tersebut. Apa itu Al-Kautsar? Al-Kautsar bisa diartikan sebagai kenikmatan/
kebaikan yang banyak. Bisa pula nama sungai di surga atau nama telaga Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rincian pengertian Al-Kautsar disebutkan dalam Zaad Al-Masiir, 9: 247-249. Lihat penjelasan lengkapnya: Tafsir Surat Al-Kautsar. Sungai Al-Kautsar Terdapat hadits dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat”, jawab beliau. Lalu beliau membaca, بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ “Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah amalan baru sesudahmu.” (HR. Muslim, no. 400). Telaga Al-Kautsar Al-Kautsar juga adalah nama haud (telaga) yang begitu besar di surga. Haudh itu tempat berkumpulnya air. Telaga itu ada di padang Mahsyar yang akan didatangi oleh umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Telaga ini memiliki air yang datangnya dari sungai Al-Kautsar yang berada di surga. Oleh karena itu telaga tersebut disebut telaga Al-Kautsar. Dalam hadits Abu Dzarr disebutkan, عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا آنِيَةُ الْحَوْضِ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا أَلاَ فِى اللَّيْلَةِ الْمُظْلِمَةِ الْمُصْحِيَةِ آنِيَةُ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَمْ يَظْمَأْ آخِرَ مَا عَلَيْهِ يَشْخُبُ فِيهِ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَا بَيْنَ عَمَّانَ إِلَى أَيْلَةَ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ » Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada di al-haudh (telaga Al-Kautsar)?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Wadah untuk minum yang ada di telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. Muslim, no. 2300) Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar, telaga tersebut berada di sisi syurga.

Senin, 13 Mei 2024

RAHASIA DIRI SEJATI MANUSIA

الإنسان سري، وسري صفتي، وصفتي لاتنفك عن ذاتي Manusia adalah rahasiaKU & RahasiaKU adalah sifatKU & sifatKU tidak dapat dipisahkan dari diriKU !!

Sabtu, 18 Maret 2023

ANTARA MURID THORIQOH DAN SANG MURSYID

Amaliyah thoriqoh atau tarekat adalah amaliyah dzikir yang diturunkan dari guru atau mursyid satu ke mursyid berikutnya. setiap murid yang mengikuti aliran tarekat tertentu mesti ada hadiah fatihah buat sang guru dan sesama murid seperguruan. maka amaliah ini sebenarnya memiliki kandungan yang sangat dalam bila kita tinjau dari segi silaturahmi ruhani. dimana sang murid betul betul menghargai sang guru, dan guru pun mengasihi murid. hubungan yang seperti akan menimbulkan sebuah kekuatan yang luar biasa karena hubungan batiniah dan ruhaniah antara satu dengan yang lain selalu terkait. hadiah fatihah untuk sang mursyid dalam setiap menjalankan amaliah dapat menjadi penghubung batiniah.. jadi pada saat membaca fatihah coba sambungkan diri dengan guru yang dihadiahi fatihah. kesambungan ini akan menimbulkan suasana hati yang berbeda jika dilakukan dengan benar. biasanya suasana hati yang muncul adalah rasa keimanan yang bertambah kepada allah, dan perasaan seperti ada daya dorong yang kuat tergantung dari atsar dari guru mursyidnya. kesambungan dengan guru ini seperti kesambungan antara anak dengan orang tua karena ada kesamaan sambungan yaitu kasih sayang. kasih sayang adalah kesambungan yang paling kuat ibarat kabel adalah kabel yang sangat kuat yang bisa menjadi penghantar tegangan. 🙏🙏🙏 menjalani thoriqoh tanpa ada kesambungan kepada para mursyid tidak akan memiliki daya yang kuat karena tipikal dari amalan tarekat adalah terletak di kesambungan ini. coba saja.. ketika menjalankan amalan sekedar dibaca saja maka tidak akan dampak yang dapat dirasakan. banyak mantan patrapis yang alumni tarekat… mereka katakan bahwa amalan yang dijalankan tidak memiliki dampak apa apa… ya wajar saja.. karena mereka tidak benar benar menyambungkan hati mereka kepada mursyid tarekatnya. para pengikut tarekat memang sangat akrab sekali dan sangat kental sekali dengan apa yang dinamakan dengan washilah.. atau perantara.. siapa perantaranya ya para guru mursyid tersebut. menggunakan washilah ini ada sisi manfaatnya dan ada sisi bahayanya. manfaatnya adalah dengan menyambungkan hati kepada guru maka proses transfer spiritual power lebih mudah dilakukan namun bahayanya adalah jika sang murid tidak mau lepas… ada semacam ketergantungan, model ketergantungan yang bukan kepada allah namun kepada gurunya. inilah bahayanya … mursyid menjadi hijab bagi para muridnya… so… jalan tengah.. manfaatkan guru mursyid namun setelah itu… langsung saja ke allah … jangan terbelenggu oleh guru mursyid itu sendiri. kasihan para guru mursyid karena dibebani oleh para muridnya.. seharusnya kalau beliau beliau sudah menghantarkan maka giliran kita untuk membantu beliau mendoakan beliau… Repost. Dzikir Nafas Yayasan Solo Spirit Islam

Rabu, 22 Desember 2021

CARA TERINDAH UNTUK MENGENAL DIRI SEJATI




Firman Allah SWT.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.
Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu.” (QS. Fussilat : 53).
✍️
Seluruh umat Islam di dunia mengatakan bahwa semua mahluk sangat bergantung dan tergantung kepada Allah SWT, seberapa besar ketergantungan makhluk kepada Allah SWT. merupakan pertanyaan yang terkadang susah dibuktikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Belum lagi pertanyaan :
Apakah Allah SWT. dapat dilihat dengan mata, bagaimana rupa dan bentuk-Nya ? dan tidak jarang penganut yang tidak mempercayai adanya Allah SWT memutarbalikkan fakta dan kata-kata yang menyimpulkan sebenarnya Allah SWT. tidak ada.
Disini kami mencoba membuktikan bahwa makhluk sangat membutuhkan Allah SWT. dan menjelaskan bagi mereka yang ingin melihat wujud Allah SWT.

Salah satu wasiat Abah Guru Sekumpul martapura,
Haddratus syeikh KH.Muhammad Zaini Abdul Ghani yaitu yang intinya sebagai berikut:
Tidak sempurna ma’rifat seseorang kecuali mengenal dua perkara, yaitu mengenal asal kejadian diri dan mengenal yang pertama diciptakan Alah SWT.
Yang pertama diciptakan Allah SWT. adalah Nur Muhammad, dari Nur Muhammad diciptakanlah Ruh segala makhluk.
sedangkan jasad diri berasal dari nabi Adam dan nabi Adam diciptakan dari tanah.
Tanah diciptakan dari air sedangkan air diciptakan dari angin.
Angin diciptakan dari api sedangkan api diciptakan dari Nur Muhammad juga.
Secara skematis bisa kami gambarkan seperti dibawah ini :


Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang di beri bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud . (QS. Al-Hijr : 28-29).

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna penciptaannya sehingga bisa mewakili semua mahluk tentang ketergantungan yang sangat mutlak kepada Allah SWT.
Berdasarkan skema diatas maka tentulah semua asal penciptaan dari Nur Muhammad sampai dengan tanah ada di dalam diri manusia.
seberapa besar ketergantungan manusia terhadap asal penciptaannya dan kenampakan asal penciptaannya bisa dilihat pada tabel berikut :



Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :
Kebutuhan manusia meningkat seiring tingginya asal penciptaan
Penampakan asal penciptaan semakin tidak terlihat seiring tingginya asal penciptaan.
Tentulah sangat besar ketergantungan kita kepada Allah yang Maha Pencipta dan tidak mungkin Allah dapat dilihat dengan alat apapun didunia ini.
Bagaimana bisa melihat Allah, sedangkan pikiran yang jelas ada dalam diri kita saja tidak bisa dilihat, begitu pula ucapan berupa suara yang keluar dari mulut sendiripun tidak bisa dilihat.

Pembuktian secara matematika bahwa Allah SWT. jelas dan nampak akan kami coba ungkapkan dalam tulisan berikutnya nanti (dengan perkenan-Nya).

Sekian
🙏🙏
Mohon maaf...mohon ridho.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh !!

BERSAKSI KEPADA ALLAH BUKAN BERSATU DENGAN ALLAH




"Bersyahadat yang benar yaitu menjadi saksinya Allah bukan bersatu dengan Allah".
Paham Wahdatul wujud akan mengatakan bersyahadat yang benar itu " Allah menyaksikan Allah bukan jiwa yang menyaksikan Allah " jika jiwa menyaksikan Allah mereka katakan masih ada makhluk, bersyahadat itu meniadakan selain Allah. Jawab saja ketika kita sadar Allah maka yang ada hanya Allah yang kita sadari yang kita saksikan, anda mengatakan masih ada mahluk karena anda sedang berpikir bukan sedang menyadari" ============================================= "Ana Al Haq atau akulah Tuhan itu mengaku Tuhan karena egonya belum zero" ============================================= "Saya bersaksi bahwa Allah meliputi segala sesuatu, bukan aku bersatu dengan yang meliputi segala sesuatu" ============================================= "Ketika kita mengikuti kehendak Allah berarti kita telah bersatu dalam kehendak-Nya, maka sadarilah Allah dalam setiap perbuatan kita " ============================================ "Kalau anda bersatu dengan Tuhan coba cari siapa yang menyaksikan anda bersatu dengan Tuhan" Paham wahdatul wujud itu meninggalkan sholat dan aliran yang memang tidak mengikuti syariat. Kadang-kadang paham ini digunakan untuk tameng, mereka mengatakan orang yang sholat itu levelnya di bawah mereka, orang sholat tingkatannya lebih rendah. ============================================= Sebenarnya itu proses psikologis, ketika seseorang mendekat kepada Allah, kalau memang tujuannya benar-benar mendekat kepada Allah. Orang yang mendekat kepada Allah pada level-level tertentu, ketika dia mendekat egonya masih ada maka ke-Akuannya masih ada. Pengakuan yang mengaku dirinya telah bersatu itu karena egonya masih ada padahal dalam Islam adalah memfanakan ego sehingga menjadi saksi. ============================================ Dalam dzikir napas pengakuan ego itu dihilangkan, ketika napas keluar egonya dihilangkan dengan berserah diri, tarik napas huu napas keluar Allah. Kalau sudah maka kita akan mengalami fana, ketika fana itulah Nafi isbat yaitu peniadaan semua, yang ada adalah Allah, peniadaan kekuatan, yang ada adalah kekuatan Allah. 💨=========================================== Belajar spiritual dengan dzikir napas itu kita tidak akan wahdatul wujud atau manunggaling kawulo gusti tapi kita akan wahdatul syuhud atau penyaksian kepada Allah dan itulah yang kita sebut dengan bersyahadat, kebersaksian kepada Allah. Memang nggak ada, yang nggak ada itu siapa ? Egonya bukan jiwa/diri sejatinya yang nggak ada. Kalau jiwanya nggak ada lalu yang menyaksikan siapa ? Yang menyaksikan kalau dirinya sudah nggak ada itu siapa ? Yang menyaksikan itu tetap ada, itulah yang namanya jiwa atau diri sejati,itulah yang namanya jiwa atau diri sejati, nggak akan hilang yang hilang adalah ke-egoannya.
🙏🙏✍️ 
Repost.
TG.
Bp.Setiyo Purwanto Dzikir Nafas

Kamis, 16 Desember 2021

HAKIKAT MALAIKAT ITU APA???




Baiklah...
Kali ini kita kembali membuka sedikit rahasia Tuhan. Setelah menguraikan kemanunggalan semesta dalam perspektif saintifik dan tasawuf, kita akan bahas keberadaan para malaikat (co-creator) serta peran orang-orang suci ini dalam menata dunia. Saya tidak menyarankan artikel ini dibaca anak-anak. Mereka cukup dihafalkan nama 10 malaikat dengan tugas-tugasnya.
Tapi, bagi anda yang sudah dewasa, sudah saatnya memiliki pemahaman advanced tentang eksistensi makhluk yang tercipta dari “nur” ini. 

 ------------------------------------------ --------------------------------------------- 💞 Kemanunggalan wujud Kemanunggalan manusia dengan alam dan Tuhan, baik dari sisi eksistensi (wujud dhahir) maupun esensi (wujud batin), bukan hayalan Ibnu Arabi, Mulla Sadra, atau ahli tasawuf lainnya. Saintis modern pun memberi pengakuan serupa. Salah satunya David Bohm, fisikawan ternama, kolega Albert Einstein di Princeton.
🙁 Sebelum kematiannya pada 1992, ia meninggalkan dua karya mencerahkan yang menjadi rujukan dalam melihat hubungan semesta dengan manusia. Publikasi ini dapat dibaca dalam “Wholeness and the Implicate Order”, London: Routledge & Kegan Paul, 1980. Juga dalam “Science, Order and Creativity”, New York: Bantam Books, 1987. 
❣️ Memang ia tidak pernah membahasakan Tuhan dalam penelitiannya. Namun observasinya membuktikan kesatuan dari seluruh dimensi yang ada: materi dengan immateri, yang nampak dengan yang tidak nampak. Semuanya, ternyata menyatu. Esensinya Esa. Meskipun secara kasat terlihat terbagi-bagi. Ia mengibaratkan alam semesta ini seperti arus yang mengalir. Bayangkan kolam, sungai, atau laut. Di dalamnya terlihat ada pusaran, riak, gelombang, percikan dan lainnya yang terus berubah. Semua ini secara “lahiriah” terlihat seperti pola, unit, atau struktur yang terpisah. Padahal, semuanya terkait erat dan saling terkoneksi.

Artinya, mereka tidak punya eksistensi independen. Semua berada pada satu bidang yang sama. Perbedaan-perbedaan itu hanya ilusi keterpisahan (independensi relatif). Pada hakikatnya mereka semua yang masing-masing terlihat punya gerak tersendiri, adalah satu. Kesatuan semua wujud ini diikat oleh sebuah matriks energi kosmik yang sangat agung. Pada kesempatan lain, Bohm malah menyimpulkan, bahwa dunia yang nampak ini adalah pancaran (proyeksi) dari dunia lain yang tidak terlihat. Ia gambarkan semesta ini sebagai hologram kosmik, saling terdistribusikan namun tidak terpisahkan. Dalam bahasa agama, dunia ini sudah punya bentuk awal di dunia ruh. Berbeda, tetapi tidak terpisah,lahir dan batin, itu Kemanunggalan manusia dengan realitas immateri yang menjadi misteri dibalik semua fenomena alam, juga disampaikan John Wheeler, rekan Einstein lainnya di Princeton University (“Synchronity: The Bridge between Matter and Mind”, New York: Bantam Books, 1987). Alih-alih melihat manusia sebagai makhluk terpisah dan berdiri sendiri, ia justru membuktikan sebaliknya. Manusia satu kesatuan dalam segalanya. Kalau selama ini dianggap ada “jarak” antara manusia dengan Tuhan (sebagaimana pemahaman kaum teolog), ternyata kita justru “partisipan” yang bersama-sama dengan Tuhan ikut berkreasi (menciptakan).

Kita memang bukan Tuhan.
Tapi, seperti kata Rumi:
“kita sedang berenang dalam samudera Ilahi.”
Kita justru ada di dalam dan bersama-Nya.
💝 Semua penjelasan ilmiah ini terkait dengan ayat-ayat: 

“Kepunyaan Allah timur dan barat” (QS. Al-Baqarah: 142);
“Kemanapun engkau menghadap disana ada Wajah Allah” (QS. Al-Baqarah: 115);
“Dia lebih dekat dari urat lehermu” (QS. Qaff: 16),
“Dia bersama kamu dimanapun kamu berada” (QS. Al-Hadid: 4); 
“Yang awal dan akhir, yang dhahir sekaligus batin” (QS. Al-Hadid: 3); dan lainnya.

Temuan-temuan fisika quantum ini semakin mengukuhkan ketauhidan sufi. Hanya saja, orang-orang terlalu awam untuk memahami konsep-konsep klasik Ibnu Arabi. Wahdatul wujud sulit dimengerti. Selama ini hanya ada penjelasan falsafi. Tanpa pembuktian saintifik. Atau mungkin perang pemikiran antara kalam dengan tasawuf tidak pernah usai. Memang tidak mudah membawa manusia kepada kesadaran tauhid yang integral atau serba meliputi (manunggal). Cara berfikir kita dipengaruhi oleh sekat-sekat (hijab) psikologis, suka melihat sesuatu secara terpisah. Padahal, jika kita mau terbang sebentar saja ke atas, partikularitas akan lenyap dalam kemanunggalan. Segala sesuatu terlihat satu.
Jadi, apa yang harus kita lakukan agar memiliki kesadaran yang lebih esensial?
Jika Bohm dan Wheeler menawarkan up-grading pemahaman saintifik guna memahami kemanunggalan sisi kasat/sekala (explicate) dengan sisi tidak kasat/niskala (implicate) alam semesta; tasawuf menawarkan up-grading pikiran atas sadar (mind/soul) untuk merasakan pengalaman menyatu dengan jiwa kosmik (al-Ruh al-Ilahi).

Sesungguhnya kita semua berasal dari “diri” atau jiwa kosmik yang sama. Kita bisa kembali kesana. Justru silaturahim dengan seluruh elemen ekologis dan kemanusiaan akan terbangun jika kita berada pada kesadaran tauhid yang seperti itu. Kita akan melihat alam semesta dan seluruh isinya sebagai pasangan, sebagai bagian dari diri kita sendiri: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu..” (QS. An-Nisa: 1).

💗 Itulah kesatuan wujud. Sehingga tidak heran, sosok-sosok yang telah mencapai pencerahan seperti ini, para rasul misalnya, memiliki sifat raufurrahim yang sangat tinggi: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (kebaikan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At-Taubah: 128). Mereka itu ibarat matahari, yang tidak pernah berhenti menyinari seluruh manusia. Sosok-sosok ini berasal dari “kaummu” sendiri. Bukan dari suku Arab an sich! Tapi dari jiwamu sendiri. Dari kosmik yang sama. 

💌💌 ---------------------------------- --------------------------------------------- Co-Creator dan Kesadaran Kosmik Karena pusat jiwa alam semesta ini bersifat immateri, maka diperlukan metode “peleburan diri” (quantum batiniah) untuk bisa larut bersamanya. Tentu harus dengan bimbingan seorang supervisor yang berpangkat jibril. Sehingga, praktik irfan (tariqah) sejauh ini terbukti menjadi satu-satunya metodologi yang mampu membawa manusia berada dipuncak kesadaran kosmik yang “serba meliputi” (sidrah almuntaha). Kesadaran kosmik ini berhasil dicapai oleh sebagian manusia. Orang-orang ini berhasil menghubungkan dirinya dengan “otak” (jiwa atau pusat kesadaran) alam semesta. Jiwa rendahnya mampu disatukan dengan kesadaran kosmik yang sangat tinggi (al-Ruh al-Muhammadi).
Atas prestasinya ini, mereka kemudian disebut sebagai nabi (serta imam atau wali-wali). Kesadaran orang-orang ini adalah pancaran (tajalli) dari kesadaran Ilahi. Mereka mampu mengakses informasi kosmik (wahyu/ilham) secara baik. Oleh sebab itu, mereka bisa berbicara atas nama Tuhan. Karena sudah menyatu dengan kesadaran ilahiyah, mereka menjelma menjadi “Rasulullah”, “Kalimatullah”, atau “Ruhullah” (QS. An-Nisa: 171), “Khalilullah” (QS. An-Nisa: 125), 

“Habibullah”, ataupun dibanyak ayat lainnya disebut “Waliyullah”. Mereka menjadi co-Creator. Wakil Tuhan. Bahkan sama berkuasanya dengan Tuhan.
Qudrah iradah Allah termanifestasi dalam niat dan gerak mereka. Apa yang terlintas dalam kesadaran mereka akan berubah menjadi kenyataan. Kun fayakun. Kehendaknya terkabul. Doanya makbul. Kemarahan mereka akan menjadi malapetaka. Betapa banyak umat yang hancur karena mereka menginginkannya. Hanya dalam sekali “klik”, semua binasa.  

🙏Malaikat.
Struktur kedirian manusia-manusia kosmik ini terbangun dari kesadaran, kekuatan, ilmu, atau asma yang merupakan “cahaya” Tuhan (nurun ‘ala nurin) itu sendiri. Mereka itulah “malaikat”. Orang-orang ini memiliki ruh yang tidak pernah berhenti bertasbih kepada-Nya. Meskipun fisiknya ada di bumi; mereka ini makhluk “langit” (atau “surgawi”).
Kesadarannya sudah lebur (fana) bahkan kekal (baqa) bersama Allah. Fungsi utama mereka adalah khalifatullah, yang bertugas menebarkan rahmat, menata dan memelihara jagat raya. Sehingga doa (kesadaran utama) para nabi dan wali-wali termasuk menolak bala, wabah, malapetaka, bencana, kekejian, dan kemungkaran. Selain juga ada yang berdoa untuk kehancuran musuh-musuhnya. Meskipun jumlah malaikat banyak sekali, secara umum ada 10 fungsi kekuatan malakut. Ini sering dibahasakan dengan “10 jenis malaikat”. Malaikat-malaikat ini juga bergelar ‘alaihissalam (Jibril AS, Izrail AS, dan sebagainya). 

Sebuah kode agar kita paham siapa mereka. Jadi, jangan terlalu berhayal bahwa malaikat itu semacam perempuan cantik yang melayang-layang. Ataupun makhluk bersayap yang pahatannya sering kita temukan di dinding-dinding gereja. Kita suka sekali berimajinasi. Bahkan Buraq pun kita bayangkan dalam rupa semacam itu. Kalaupun ada riwayat tentang malaikat sebagai makhluk yang “sayapnya” terbentang dari timur ke barat, atau meliputi langit dan bumi; mungkin kita perlu sedikit lebih cerdas dalam memahaminya. Itu metafora tentang kesadaran kosmik para co-creator, para nabi dan wali (penolong-penolong Allah) yang ilmu dan kesadaran celestial-nya serba meliputi. Manusia-manusia berdimensi malakut ini bahkan memiliki kecepatan ‘terbang’ melebihi kekuatan cahaya. Mereka sering tau, mampu mengakses, apa yang akan terjadi dimasa depan. Itulah yang disebut kasyaf.

✍️🤝☺️ Karena itulah, dalam proses penciptaan, Allah sering menggunakan kata “kami”. Dia tidak sendiri. Dia bersama elemen malakut-Nya menjadi penentu eksistensi alam ini. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis qudsi: “Laulaka laulaka, ma khalaqtul aflaq”. Kalau bukan karena engkai wahai (nur) Muhammad, tidak kuciptakan alam semesta. Nur Muhammad adalah elemen malakut (co-creator), jiwa kosmik, Ilmu atau Asma Allah yang senantiasa hadir dalam jiwa para nabi, iman, dan wali-wali. Sehingga kekuatan-kekuatan supranatural ilahiyah, semacam mukjizat dan karamah, menjadi aktual.
Derajat kenabian dan keulamaan seseorang sering dibuktikan dengan keberadaan unsur-unsur malakutiyah ini. Kalau kesadaran malakutiyah dari kosmos benar-benar aktual dalam diri seseorang, maka ia menjadi “penghulu alam” (The Leader of Cosmic). Menjadi qutub. Menjadi poros alam semesta. Menjadi “tower ilahi”. Menjadi perangkat yang menerima “sinyal-sinyal” langit, lalu menyebarkannya dalam bentuk rahmat ke segala penjuru bumi. Sebab, tidak semua orang punya wadah untuk menerima pesan-pesan kosmik. Gunung yang terlihat kokoh sekalipun bisa hancur kalau diamanahkan Kalimah Allah (QS. Al-Hasyar: 21).

Hanya qalbu orang-orang mukmin yang mampu mencerap Kalimah Tuhan yang asli. Untungnya, dunia ini tidak pernah kosong dari kehadiran orang-orang seperti ini. Sehingga keseimbangan alam tetap terjaga. Jika tidak, pasti akan kiamat. Ibarat masyarakat tanpa pemimpin, pasti anarkhi. Sebab, pemimpin adalah pusat kesadaran dan kepatuhan komunitas. Ada power yang mengikat semuanya. Pun alam semesta, tanpa ada lagi para “malaikat” (para nabi dan wali-wali) yang diamanahkan Tuhan untuk menyebarkan rahmat-Nya, pasti hancur. Sebab, para nabi dan wali-wali inilah yang menjadi wadah bagi Allah untuk “turun” ke dunia. Tanpa adanya lagi “cahaya Tuhan” (para nabi dan wali-wali) , tidak ada alasan bagi kosmik untuk melanjutkan kehidupannya. Sebab, kosmik ini sendiri adalah pancaran dari kehadiran cahaya-Nya: “Allah adalah cahaya langit dan bumi” (QS. An-Nur: 35).

🤲👍 Kehadiran dan kewafatan Muhammad SAW adalah pertanda “akhir zaman”. Namun ada petunjuk lain dari Beliau yang mengatakan: “Dunia ini tidak akan kiamat selama masih ada dari hambaku yang mengucapkan Kalimah Allah”. Kalau sekedar mengucapkan “Allah, Allah”; sampai kiamat tetap ada. Malah makin hari makin ramai yang teriak kalimat syahadat. Namun, yang kalimahnya tersambung ke jantung kesadaran alam semesta hanyalah yang dimiliki oleh para nabi dan wali-walinya. Dzikir kita mana diterima. Hanya membuat gaduh saja. Tapi jangan kecewa. Mungkin ada sosok-sosok wali yang hadir diantara jamaah. Sehingga dzikir kita diterima. Wali itu “malaikat”. Ghaib. Tidak ada foto di baliho. Susah diketahui yang mana orangnya. Selama masih ada mereka, kita aman. Tidak akan kiamat. Lalu, kapan kiamat itu terjadi?
Hadits-hadits menyebutkan, kiamat akan terjadi pada saat “Al-Mahdi” (imam, wali atau qutb terakhir) telah tiada. Meninggalnya Al-Mahdi pertanda terputusnya arus ilahiyah, matinya kesadaran kosmik, atau padamnya cahaya dari alam azali. Wafatnya Al-Mahdi pertanda rubuhnya “tower” terakhir Allah Ta’ala di muka bumi. Karena tidak ada lagi khalifah atau malaikat-Nya, maka tidak ada lagi alasan bagi alam semesta untuk eksis. Semua mati, karena “arus” sudah terhenti.
Sebagaimana janji Allah dalam hadits qudsi diatas:
Laulaka laulaka ya Muhammad, ma khalaqtul aflaq. “Tidak eksis alam semesta ini, kecuali karena engkau wahai (nur) Muhammad”. Al-Mahdi, siapapun dia, adalah sosok kesadaran kosmik, imam, wali, atau qutb terakhir yang mewarisi (nur) Muhammad.

Maka wajar orang-orang khawatir jika ada ulama yang meninggal.
Sebab, ada dari sebagain ulama itu yang boleh jadi seorang “washilah”, pembawa Pengetahuan dari alam rabbani. Penyambung lidah Tuhan dengan manusia. Simpul energi. “Tali” yang menghubungkan manusia dengan Tuhan (QS. Aali Imran: 103).
👇 🤝🤝🤝

Penutup.
Di akhir tulisan ini, kami mengajak kita semua untuk terus meng-upgrade diri. Menaikkan level divinity (ketuhanan) kita. Dari iblis, menjadi binatang, menjadi manusia, menjadi malaikat, dan seterusnya. Itulah yang disebut dengan proses “tazkiyatun nafs” (penyucian diri).
Alam ini akan aman dan damai kalau banyak malaikat yang terlibat dalam mengaturnya. Kalau kita jadi iblis, hancurlah semuanya. Karena alam ini butuh energi positif dari Tuhan agar berjalan pada porosnya. Jika tidak, ia akan memberontak. Chaos. Kiamat. Andalah orang-orang yang diutus ke muka bumi untuk amanat suci ini. Manusia adalah “makhluk makrokosmos”. Makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan Allah (QS. At-Tin: 4).

Dalam diri kita menyatu semuanya.
Ada unsur cahaya.
Ada unsur api.
Ada unsur tanah, dan lainnya.
Maka jangan meremehkan diri sendiri.
Kita bisa menjadi malaikat, bisa menjadi iblis, bisa menjadi binatang, atau bahkan lebih rendah dari itu. Pilihan terbaik, jadilah malaikat. Sebab, kalau kubilang “jadilah Tuhan”, marah nanti kalian.
Oleh sebab itu, “Rajin-rajinlah bertasbih, pagi dan petang”. Agar kalian jadi malaikat.
Tapi sesekali perlu diuji.
Misalnya, apakah anda sudah jadi Mikail, yang munajat-munajat anda mampu menurunkan hujan saat kemarau melanda.
Kalau belum, dzikir lagi !!

Repost.
TG.
#saidmuniruddin

Ilmu Spiritual Indonesia

DZIKIRNYA SETAN

KENAPA BANYAK ORANG YANG BERDZIKIR TAPI MEMBUATNYA SEMAKIN DEKAT DENGAN SYAITHON? Seorang murid bertanya kepada GURU-nya yakni Imam al-Ghoz...

Kajian syariat,tarikat,hakikat dan makrifat